Penerapan Manajemen Strategis
Penerapan Manajemen Strategis
1. Pembahasan artikel “Kesuksesan Implementasi strategi di Hewlett-Packard”
Kesuksesan implementasi strategi di Hewlett-Packard dipengaruhi oleh struktur organisasi, alokasi sumber daya, sistem informasi dan budaya perusahaan. Strategi tindakan yang dilakukan oleh John Young telah berhasil mensinergikan faktor-faktor tersebut menjadi empat sinergi, yaitu :
a. Sinergi Pemasaran
John Young mengganti unit wiraniaga tunggal perusahaan menjadi tim penjualan dan pemasaran yang terpisah untuk dua kelompok besar bisnis HP. Hal ini terbukti bisa meningkatkan produktivitas wiraniaga melalui sinergi dari lini produk yang lengkap dari produk- produk yang terkait satu sama lain. Adanya lini produk ini memungkinkan untuk periklanan dan promosi bersama yang dapat melipatgandakan keuntungan dengan biaya yang relatif lebih kecil.
b. Sinergi Operasional
Pada awalnya para disainer produk, insiyur, manajer pabrik dan bagian pemasaran bekerja terpisah dan menunggu penyelesaian pekerjaan bagian lainnya. John Young kemudian menempatkan semua kelompok dalam tim-tim kerja untuk menyelesaikannya bersama-sama dan simultan. Pembentukan tim-tim kerja ini sangat membantu dalam mempercepat penyelesaian produk-produk baru sehingga proyek pengembangan produk baru dapat selesai enam bulan lebih cepat dari rata-rata industri dalam peluncuran produk baru.
c. Sinergi Investasi
Tim-tim kerja yang dibentuk dapat menggunakan fasilitas produksi , peralatan dan mesin-mesin pengolahan secara bersama-sama sesuai dengan job desknya masing-masing sehingga fasilitas yang tersedia dapat maksimal pemanfaatannya.
d. Sinergi Manajemen
Jon Young mereorganisasi HP dengan mengurangi dua tingkatan manajemen dan struktur komite perusahaan yang selama ini ada. Pengurangan struktur komite dari 38 komite menjadi 3 komite terbukti dapat mempercepat pengembangan produk dan menekankan biaya yang harus dikeluarkan karena untuk peluncuran produk baru Manager Personal Information Products Group hanya membutuhkan persetujuan dari 3 komite yang ada.
Dari pengalaman Hewlett-Packard diatas maka eksekutif suatu perusahaan harus memiliki enam kompetensi utama yaitu:
a. Melakukan cara HP yaitu membangun kepercayaan, respect, fokus kepada prestasi, menunjukkan integritas, inovatif dengan pelaksanaan, berkontribusi kepada masyarakat dan mengembangkan kemampuan organisasi dalam mengambil keputusan.
b. Memimpin perubahan serta belajar mengenali dan berbuat untuk adanya perubahan; memimpin perubahan organisasi; belajar dari pengalaman organisasi; memindahkan kendala dalam perubahan; mengembangkan diri serta menantang dan membangun yang lain.
c. Mengetahui lingkungan internal dan eksternal dengan mengantisipasi trend global, berbuat dalam trend dan belajar dari yang lain
d. Memimpin penentuan strategis dengan menginspirasi penyelesaian strategi bisnis, memimpin proses pembuatan strategi, komitmen kepada visi bisnis, membuat strategi jangka panjang, mengembangkan strategi keuangan dan mendefinisikan sistem perencanaan bisnis.
e. Menyusun organisasi dengan bekerja melewati batas organisasi, mengimplementasikan struktur biaya yang kompetitif, mengembangkan aliansi, merencanakan dan mengelola bisnis inti serta merancang organisasi
f. Mencapai hasil dengan membangun track record, mewujudkan akuntabilitas, mendukung perhitungan resiko dan menyelesaikan permasalahan kinerja perusahaan.
2. Uraikan tentang struktur SBU, termasuk kelebihan dan tantangan/kekurangannya
SBU (strategic business unit) adalah adaptasi dari struktur divisi dimana berbagai divisi atau bagian dari divisi dikelompokkan berdasarkan elemen-elemen strategis yang dimiliki bersama, biasanya dikaitkan dengan perbedaan dalam produk/pasar tertentu.
Struktur organisasi SBU digambarkan sebagai berikut:
•CEO
•Wakil presiden, Jasa Administratif
•Wakil Presiden, Pendukung Operasional
•Manajer Umum UBS A
•Manajer Sumber Daya Manusia
•Manajer Akuntansi dan Keuangan
•Manajer Penelitian dan Pengembangan
•Manajer Pemasaran dan Penjualan
•Manajer Produksi/Operasi
•Manajer Umum UBS B
•Personalia
•Akuntansi dan Pengendalian
•Perencanaan Divisi
•Pemasaran
•Produk Operasi
•Manajer Umum UBS C
•Personalia
•Akuntansi dan Pengendalian
•Perencanaan Divisi
•Pemasaran
•Produk Operasi
Kelebihan struktur SBU :
1. Memaksakan koordinasi dan wewenang yangn diperlukan ke tingkat bawah yang sesuai untuk mendapatkan respons yang cepat.
2. Menempatkan pengembangan dan implementasi strategis dekat dengan lingkungan yang unik dari divisi tersebut.
3. Membebaskan CEO untuk mengambil keputusan strategis yang lebih luas
4. Secara tajam memfokuskan tanggung jawab atas kinerja.
5. Mempertahankan spesialisasi fungsional dalam setiap divisi
6. Menyediakan tempat pelatihan yang baik bagi para manajer strategis
7. Meningkatkan fokus pada produk, pasar dan respon yang cepat terhadap perubahan.
Kelemahan struktur SBU:
1. Mengembangkan potensi persaingan yang disfungsional atas sumber daya tingkat korporat
2. Menimbulkan masalah dalam menentukan seberapa besar wewenang yang harus diberikan kepada para manajer divisi
3. Menciptakan potensi terjadinya inkonsistensi kebijakan antar divisi
4. Menimbulkan masalah dalam mendistribusikan biaya overhead korporat dengan cara yang dapat diterima oleh para manajer divisi dengan tanggung jawab laba
5. Meningkatkan biaya-biaya yang dikeluarkan melalui duplikasi fungsi
6. Menciptakan kesulitan dalam mempertahankan citra perusahaan secara keseluruhan
7. Peningkatan biaya koordinasi dengan tingkatan manajemen lain yang “mahal”harganya.
3. Jelaskan fenomena perbankan syariah dari sudut pandang implementasi strategi termasuk aspek pengorganisasian perusahaan!
Semakin berkembangnya ekonomi syariah di Indonesia telah menempatkan ekonomi syariah di radar investasi Bank Dunia atau International Monetery Fund (IMF) untuk bekerja sama dengan ekonomi syariah.
Bank syariah di Indonesia kedepannya harus bisa memiliki kekuatan tersendiri dalam menarik nasabah Indonesia dan masyarakat dunia, baik dari segi produk yang inovatif, profit margin kepada nasabah maupun bagi hasil yang bersaing. Untuk itulah, salah satu upaya bersaing dengan bank asing perlu adanya strategi-strategi khusus bank syariah Indonesia untuk meningkatkan daya saing dan nantinya pangsa pasar akan lebih luas tidak hanya berkutat pada penduduk Indonesia yang mayoritas muslim. Lima strategi khusus bank syariah untuk meningkatkan daya saing di era globalisasi adalah sebagai berikut:
1. Membentuk SDI Berkualitas
Hal ini merupakan peluang yang sangat prospektif, sekaligus merupakan tantangan bagi kalangan akademisi dan dunia pendidikan untuk menyiapkan Sumber Daya Insani (SDI) yang berkualitas yang ahli di bidang ekonomi syariah, bukan karbitan seperti yang banyak terjadi selama ini. Tingginya kebutuhan SDI bank syariah ini menunjukkan bahwa sistem ekonomi syariah semakin dibutuhkan oleh masyarakat karena Sumber Daya Insani menjadi aset terpenting dalam dunia industri manapun termasuk perbankan syariah.
Peningkatan kuantitas jumlah bank syariah yang cepat tersebut, tanpa diiringi dengan peningkatan kualitas SDI syariah, hanya akan bersifat fatamorgana dan artifisial. Hal ini ini perlu diperhatikan dalam pengembangan bank syariah. Selama ini praktisi perbankan syariah didominasi mantan praktisi perbankan konvensional yang hijrah kepada bank syariah atau berasal dari alumni perguruan tinggi umum yang berlatar belakang ekonomi konvensional. Umumnya mereka biasanya hanya diberi training singkat (2 minggu) mengenai ekonomi syariah atau asuransi syariah lalu diterjunkan langsung sebagai praktisi ekonomi syariah. Selanjutnya, sebagian mereka mengikuti training MODP selama satu bulan. Seringkali training seperti ini kurang memadai, karena yang perlu di-upgrade bukan hanya knowledge semata, tetapi juga paradigma syariah, visi dan misi, serta kepribadian syariah, bahkan sampai kepada membangun militansi syariah.
2. Meningkatkan ekspansi pembiayaan yang fokus pada segmen konsumer dengan produk unggulan Syariah dan menerapkan aliansi strategis baik dengan universitas, koperasi, developer, asosiasi dll.
Disadari atau tidak, segmentasi pasar perbankan syariah di Indonesia masih terfokus kepada masyarakat muslim saja. Padahal universalitas ekonomi Islam tidak hanya sebatas masyarakat muslim saja. Hal yang paling penting adalah bahwa perbankan syariah bukan hanya diperuntukkan bagi masyarakat muslim saja, tetapi non-muslim pun bisa menikmatinya. Apabila masyarakat non-muslim ingin menikmati layanan perbankan syariah, maka perlu diatur secara jelas teknis transaksinya (ijab-qabul) yang disesuaikan dengan nilai-nilai yang dianut oleh pribadi konsumen. Belajar dari negara barat, bahwa sistem ekonomi Syariah, atau adakalanya disebut “ekonomi Islam”, semakin populer bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara barat. Ini ditandai dengan makin banyaknya beroperasi bank-bank yang menerapkan konsep syariah. Ini membuktikan bahwa nilai-nilai Islam yang diterapkan dalam perekonomian bisa diterima di berbagai kalangan, karena sifatnya yang universal dan tidak eksklusif. Jika pangsa pasar non-muslim di garap, maka besar kemungkinan bank syariah memiliki bargaining power yang bagus sehingga bukan hanya 78% saja target pangsa pasar bank syariah akan tetapi menjadi 100% dari total keseluruhan masyarakat Indonesia.
3. Akselerasi Produk Perbankan Syariah.
Bank syariah harus mengendalikan kualitas portfolio pembiayaan pada tingkat yang moderat, memprioritaskan program R3 (Restructuring, Reschedulling & Reconditioning) terhadap pembiayaan bermasalah & Hapus Buku. Keberagaman produk dan jasa sebagai ciri khas bank syariah. Bank syariah perlu terus melakukan inovasi produk dan dapat mengeksplorasi kekayaan skema keuangan yang variatif dan sekaligus bisa menunjukkan perbedaan dengan perbankan konvensional. Beberapa inisiatif yang dapat dilakukan oleh bank syariah, misalnya melalui mirroring produk dan jasa bank syariah internasional serta mendorong bank syariah milik asing untuk membawa produk-produk yang sukses di luar negeri ke Indonesia. Program ini menjadi keharusan agar keunikan perbankan syariah dibandingkan dengan perbankan konvensional lebih terlihat jelas. Selain itu bank syariah harus meningkatkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga yang fokus pada tabungan dan giro, serta produk unggulan tabungan syariah, termasuk mengoptimalkan pemanfaatan jaringan cabang konvensional baik di dalam negeri maupun luar negeri.
4. Mengelola risiko yang terkait dengan bisnis dan operasional bank syariah pada tingkat yang dapat ditoleransi melalui penyusunan prosedur dan pemantauan kebijakan.
5. Penggunaan sistem IT modern
Dukungan sistem IT yang modern sangat mendukung peningkatan daya saing bank syariah secara nasional. Kebanyakan nasabah memilih bank karena adanya kemudahan bertransaksi, misalkan adanya ATM yang tersebar di seluruh Indonesia. Akan tetapi, sistem IT memilki investasi yang tinggi sehingga bank syariah yang asetnya masih tidak terlalu besar perlu menyiasatinya dengan cepat.
Hal-hal penting yang menjadi perhatian adalah:
1. Meningkatkan Permodalan
Industri perbankan syariah menghadapi tuntutan untuk memperkuat modal dalam menghadapi pertumbuhan. Dengan pertumbuhan DPK yang stabil, perbankan syariah akan membutuhkan suntikan modal yang cukup besar agar dapat beroperasi sesuai dengan prinsip kehati-hatian dalam aspek permodalan.
2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
Perbankan syariah saat ini didukung oleh sumber daya manusia yang memiliki keterbatasan pengetahuan baik terhadap produk syariah maupun bidang keahlian lain yang dibutuhkan, seperti kemampuan dalam penilaian risiko pembiayaan, service excellence, kemampuan penilaian proyek dari berbagai aspek, kemampuan teknis yang bersumber dari pendidikan formal maupun kemampuan teknis yang didapat dari pengalaman lapangan.
3. Pengembangan Produk dan Jasa
Ragam produk dan pelayanan perbankan syariah masih terbatas, dibandingkan dengan perbankan konvensional. Oleh karena itu, dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, perbankan syariah akan lebih meningkatkan layanan melalui inovasi produk dan layanan baru.
4. Mengedukasi Masyarakat mengenai Perbankan syariah
Pengetahuan masyarakat terhadap operasional perbankan syariah sangat terbatas sehingga keinginan nasabah potensial yang tertarik terhadap produk perbankan syariah masih sangat rendah. Oleh karena itu dibutuhkan pengenalan program produk perbankan syariah secara lebih intensif sehingga positioning di masyakat dapat dilakukan dengan efektif di segenap golongan masyarakat.
Tentu saja kita sadari bahwa keberhasilan bank syariah untuk melakukan ekspansi pasar juga tergantung kepada banyak sekali faktor, baik faktor internal maupun eksternal termasuk kondisi perekonomian makro serta dukungan perundang-undangan terkait perbankan syariah semisal UU Pajak Pertambahan Nilai yang masih ditunggu kehadirannya. Namun demikian, apa yang telah dirumuskan dalam Grand Strategy setidaknya telah memberikan strategi baru dari perspektif marketing. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa pemahaman yang lebih akurat terhadap peta serta profil segmen pasar, kemampuan untuk menyediakan produk-produk yang inovatif sesuai kebutuhan keuangan masyarakat modern, peningkatan pelayanan dan jaringan, kemampuan mengkomunikasikan kelebihan-kelebihan produk bank syariah dalam bahasa yang mudah dipahami oleh semua golongan masyarakat, serta positioning khas bank syariah merupakan hal-hal yang perlu dikuasai oleh industri perbankan syariah apabila ingin meningkatkan jumlah nasabahnya yang jumlahnya saat ini masih berkisar 5 juta nasabah.
Posting Komentar untuk "Penerapan Manajemen Strategis"